.

Selasa, 15 Oktober 2013

Tuhan Dalam Pandangan Islam

   Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang berdasar Al-Quran dan hadis. (w). 
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagaiYang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).Dia itu wahid dan Esa (ahad), 
Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") 
yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah .
    Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Quran (Al-'Alaq [96]:1-5), yang berbunyi :
                                                                                         




Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan mu lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Kisah kenabian Rasulullah Muhammad SAW dimulai pada saat Beliau berada di dalam Gua Hiro dengan turunnya wahyu pertama yaitu QS. Al-Alaq. Pada saat Beliau menerima wahyu, Beliau tidak pernah belajar dari seorang guru, tidak mengaji kitab, dan tidak pernah pula memegang pena. Beliau diperintahkan untuk membaca Kalam Tuhan dan memulainya dengan menyebut Nama Tuhan nya. Beliau diperintahkan untuk membaca alam semesta yang terbuka lebar agar Beliau melihat baris-baris hikmah yang ditulis oleh Pena Kekuasaan Ilahi. Beliau membaca tanda Kebesaran Allah SWT yang terdapat pada mentari saat terbitnya, bintang-bintang yang gemerlapan, sungai-sungai dan anak sungainya, lereng-lereng dan puncak bukit yang tinggi, kebun dan padang sahara, serta pada bumi dan langit. (w)
Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya Al-Quran adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Quran merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya

  
Selain itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan sesuai dengan isi (Al-A'raf [7]:172).
             









Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

(QS: Al-A'raf Ayat: 172)

Secara umum ayat 172 ini hendak menegaskan tentang penciptaan anak-cucu Adam dan persaksian mereka -secara individual- bahwa Allah Ta'ala adalah Tuhan yang sebenarnya

ayat tersebut dapat secara sederhana ditafsirkan dan dimengerti sebagai perjanjian antara manusia dan ALLAH Subhanahu wa Ta’ala yang terjadi ketika ia dalam kandungan. Ketika pertama kali ruh ditiupkan ke dalam janin anak manusia, ALLAH mengambil persaksian terhadap ruh tersebut dengan pertanyaan sedemikian:

“Bukankah AKU ini Tuhan-mu?”
Dan ruh yang baru diciptakan itupun menjawab, “Betul, ENGKAU adalah Tuhan kami dan kami mengambil saksi (mengakui) terhadap-MU (tasyhadu).
Kemudian ALLAH memerintahkan terhadap ruh tersebut, “Maka katakanlah olehmu AKU Tuhan-mu Yang Maha Tinggi.”
Dan iapun mengambil saksi sekali lagi (tasyhadu), “ALLAH, ENGKAU Tuhan kami.”

Peristiwa ruhiyah ini merupakan bentuk syahadat manusia yang pertama yang secara mutlak telah meng-islamkan setiap manusia yang terlahir di dunia. Pengakuan akan ALLAH adalah Tuhan yang menjadi landasan keislaman itu sedianya menjadi dasar seseorang kelak untuk menemukan jati dirinya sebagai seorang muslim sepanjang kehidupannya di dunia.(www.mushola.org)
Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Quran menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah Luqman [31]:32.

surah Az-Zumar [39]:8


    Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: `Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka`.
(QS. 39:8) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::


surah Luqman [31]:32.


Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.








Tidak ada komentar: